33 research outputs found

    Respons Ketahanan Sumberdaya Genetik Lokal Cabai (Capsicum frutescens L. dan Capsicum annuum L.) terhadap Infeksi Virus Daun Keriting Kuning

    Get PDF
    Virus daun keriting kuning merupakan penyakit utama pada cabai dan menjadi penyebab kehilangan hasil cukup besar. Penggunaan genotipe tahan menjadi salah satu cara efektif untuk mengendalikan penyakit ini. Perakitan genotipe tahan penyakit dilakukan melalui serangkaian proses pemuliaan tanaman, diawali dengan identifikasi terhadap sumber materi genetik potensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi respons ketahanan 10 genotipe cabai rawit (C. frutescens L.) dan 4 genotipe cabai besar (C. annuum L.) koleksi Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) untuk memperoleh kandidat tanaman tahan. Penanaman dan inokulasi dilakukan di rumah kaca kebun percobaan Tajur, dan deteksi keberadaan virus dilakukan di laboratorium molekuler PKHT dengan metode amplifikasi DNA menggunakan degenerate primers Begomovirus SPG1 dan SPG2. Konfirmasi molekuler menunjukkan bahwa genotipe tanaman yang diuji terinfeksi virus daun keriting kuning. Berdasarkan nilai keparahan penyakit (KP), genotipe CB-EL dikategorikan tanaman tahan dengan nilai KP sebesar 8.89% dan periode inkubasi terlama, 21-50 hari. Genotipe CB-BA dan CB-BJ dengan nilai KP sebesar 13.33%, CB-CA dan PKHT-1 (15.56%), CR-SA dan PKHT-7 (17.78%) dan PKHT-6 (20.00%) masuk pada kategori tanaman agak tahan. Tingkat keparahan penyakit dan insidensi penyakit memiliki nilai duga heritabilitas arti luas sebesar 0.47 dan 0.61, masing-masing termasuk kategori sedang dan tinggi. Kata kunci: Bemisia tabaci, genotipe, heritabilitas, keparahan penyakit, seleksiPepper Yellow Leaf Curl Virus is a major disease in chili peppers, causing severe damage and yield loss. The use of resistant genotypes is an effective way of controlling the disease. Developing resistance genotypes requires a series of plant breeding processes, starting with the identification of new potential genetic sources. The study aimed to identify the resilience response of 10 cayenne pepper genotypes (C. frustecsens L.) and 4 chili pepper genotypes (C. annuum L.) collection of the Center for Tropical Horticultural Studies (PKHT) to acquire resistant plant candidates. Planting and inoculation were carried out in a greenhouse at Tajur experimental station, and detection of PYLCV was carried out in the molecular laboratory by DNA amplification method using degenerate primers Begomovirus SPG1 and SPG2. The results showed that all plants were infected by PYLCV and it was also confirmed by PCR detection. Based on the disease severity, the CB-EL genotype was categorized as resistant plants with a severity value of 8.89% and the longest incubation period, 21-50 days. Genotypes CB-BA and CB-BJ (13.13%), CB-CA and PKHT-1 (15.56%), CR-SA and PKHT-7 (17.78%) and PKHT-6 (20.00%) were categorized as moderately resistant. Disease severity and disease incidence had a broad-sense heritability values of 0.47 and 0.61, and were categorized as moderate and high heritability, respectively. Keywords: disease severity, Bemisia tabaci, genotype, heritability, selectio

    Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Rambutan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara

    Get PDF
    Teknik budidaya hidroponik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil dan kualitas tanaman tomat. Kegiatan magang di PT Amazing Farm dilakukan bulan Maret hingga Juli 2018. Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari dan meningkatkan kemampuan dalam aspek teknis dan aspek manajerial dalam budidaya sayuran, khususnya tanaman tomat. Tujuan khusus dari magang ini adalah untuk menentukan laju pertumbuhan dua varietas tomat berbeda yang ditanam di rumah kaca yang sama. Metode langsung diterapkan untuk mendapatkan data yang terkait dengan aspek teknis dan manajemen. Aspek teknis terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: persiapan lahan, persiapan bahan tanam, persiapan penanaman dan penanaman, pemeliharaan, panen, dan pascapanen. Untuk mempelajari aspek manajerial, penulis telah aktif terlibat sebagai karyawan harian lepas, asisten mandor, dan pengawas. Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan data pendukung dari perusahaan seperti informasi umum perusahaan, arsip taman dan studi literatur. Secara umum, PT Agrikultura Amazing Farm telah menerapkan praktik pertanian yang baik. Uji coba melibatkan dua varietas yaitu varietas umagna dan levanso. Percobaan dilakukan dengan 3 ulangan dan unit pengamatan terdiri dari 5 sampel tanaman. Praktek budidaya yang diberikan terdiri dari penyiraman tanaman sebanyak 5 kali setiap hari dengan dosis setiap penyiraman pada 1 - 2 MST dengan larutan nutrisi 100 ml AB mix dan kadar EC 2 ms / cm, pada 3 - 4 MST dengan 150 ml AB mix dan kadar EC 2 ms / cm, pada 5 -7 MST dengan 200 ml AB mix dan kadar EC2,2 ms / cm, dan pada 8-24 MST dengan 300 ml AB mix dengan kadar EC 2,2 ms / cm. Hasil menunjukkan bahwa teknik budidaya tunggal dapat diterapkan untuk dua varietas yang berbeda dan menghasilkan hasil yang sama baiknya

    Respon Fisiologi pada Pembibitan Mangga Kasturi (Mangifera casturi Kosterm) terhadap Aplikasi Cahaya LED (Light Emitting Diode)

    Get PDF
    Kasturi mango (Mangifera casturi Kosterm) is one of the endemic fruit trees from South Kalimantan, with extinct status in the wild by IUCN. Kasturi had a problem with a long period in the nursery due to juvenility. Artificial light such as LED lamps can cut the juvenile phase because it could increase photosynthetic efficiency. This research aimed to determine different responses of physiology seedling using an LED lamp. This research used nested design as the experimental design where Monochromatic LED as the main factor with three levels (red, white, and blue) and accessions as the second factor with three levels (Cuban, Pelipisan and Kasturi) that were nested on the main factor. LED light made different responses for chlorophyll content that red LED made the higher concentration of chlorophyll a, but not for chlorophyll b and the ratio. Blue LED made plants have higher light absorbance, stomata conductance, transpiration, CO2 interception, and photosynthetic rate in Kasturi accession higher than the other lamps. Blue light made glucose concentration on leaf higher, but fructose higher under white lamp than the other lamps. The application of white LED made leaf thicker than the other lamps. Based on this research, different LED light illumination made a different response on Kasturi seedling for cut juvenile phase. Keyword: photosynthetic, chlorophyll ratio, fructose, glucoseMangga Kasturi (Mangifera casturi Kosterm) merupakan mangga endemik Kalimantan Selatan dengan status langka di alamnya berdasarkan IUCN-red list. Kasturi dengan masa juvenil yang panjang sehingga menyebabkan awal pembuahan yang lama. Penggunaan cahaya buatan dengan lampu LED-light emmiting diode diketahui dapat memperpendek juvenilitas karena meningkatkan efisiensi fotosintesis. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan respon fisiologi dari bibit mangga Kasturi menggunakan lampu LED. Penelitian ini menggunakan rancangan petak tersarang dengan faktor utama lampu LED dan faktor kedua aksesi sebagai perlakuan yang disarangkan. Faktor utama terdiri dari tiga taraf yaitu LED merah, putih dan biru, sedangkan faktor kedua terdapat tiga taraf yaitu aksesi Cuban, Pelipisan, dan Kasturi. Penggunaan LED memberikan beberapa perbedaan respon terhadap kandungan klorofil, LED merah menunjukan nilai paling tinggi pada kandungan klorofil a, tetapi tidak ada pengaruh pada klorofil b dan rasio klorofil. Penyinaran LED biru menunjukkan nilai absorsi cahaya, konduktansi stomata, transpirasi, dan laju fotosintesis yang lebih tinggi pada aksesi Kasturi. Lampu LED biru meningkatkan kandungan glukosa, sedangkan lampu LED putih membuat kandungan fruktosa yang lebih tinggi dibandingkan lampu lain dan mempengaruhi ketebalan daun yang lebih tebal. Berdasarkan penelitian ini monokromatik LED memberikan pengaruh berbeda pada setiap karakter fisiologis, yang berpengaruh pada percepatan masa juvenil. Kata kunci: fotosintesis, fruktosa, glukosa, rasio klorofi

    Pengaruh Perbedaan Waktu Pelilinan Setelah Proses Degreening Buah Jeruk Keprok Garut (Citrus reticulata L.) terhadap Perubahan Warna dan Umur Simpan Buah

    Get PDF
    Degreening merupakan perlakuan degradasi pigmen klorofil atau zat hijau daun. Kandungan pigmen klorofil yang tinggi dan perombakan klorofil yang berjalan lambat menyebabkan warna kulit jeruk tetap hijau. Buah dengan perlakuan degreening akan mengalami kerusakan pada pigmen klorofil sehingga warna yang akan dihasilkan adalah warna kuning atau jingga. Degreening juga dapat memperbaiki warna buah jeruk dari hijau menjadi berwarna jingga yang seragam. Penelitian ini bertujuan mencari waktu pelilinan yang tepat setelah proses degreening jeruk keprok garut (Citrus reticulata L.) terhadap perubahan warna dan umur simpan buah yang didekati dari beberapa peubah. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), Institut Pertanian Bogor pada bulan Maret-April 2019. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 1 faktor, yaitu perlakuan perbedaan waktu pelilinan setelah proses degreening. Waktu pelilinan yang digunakan adalah 0, 1, 2, dan 3 hari setelah degreening. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan 0, 2, dan 3 hari setelah degreening dapat membentuk warna jingga pada buah jeruk keprok garut pada 24 HSP. Susut Bobot tertinggi hingga pengamatan hari terakhir yaitu pada perlakuan pelilinan 3 hari setelah degreening dengan nilai susut bobot sebesar 12.1%, sedangkan untuk perlakuan lainnya nilai susut bobot rata-rata sebesar 10%. Kata kunci: ethepon, klorofil, lilin lebah, susut bobot, vitamin

    Leaf and Flower Characterization of Abiu (Pouteria caimito Radlk.) at Two Locations in Bogor Region, West Java, Indonesia.

    Get PDF
    Abiu is a species  introduced into Indonesia from the  tropics of the Amazon and has been developing for several years. Information  on the characteristics of the abiu plant are still limited compared to other introduced fruit species. This research aims to identify the characteristics of  the abiu plants in two locations in the Bogor region, West Java, Indonesia. The research was conducted at Balumbang Jaya village, the sub-district of Dramaga, the village of Mekarsari, the sub district of Cileungsi, Bogor, West Java. Further observation was conducted at Post-harvest Laboratory and Micro Technic Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture IPB. The field study was conducted in January to July of 2018. This research was descriptive and no treatment was applied on the plant samples. Sampling was done randomly with as many as 15 plants at each location. Observations and measurements were conducted on the number of branches, leaves and flowers on 10 samples per plants. The results showed that there is morphological diversity of flowers and leaves at the two locations. The length, width, and weight of leaves and flowers in Balumbang Jaya were larger than those in Mekarsari. Different environments may contribute to the diversity of abiu leaves and flowers in the two locations

    Aplikasi Ethepon dan Lilin Lebah dalam Upaya Degreening dan Perpanjangan Umur Simpan Buah Jeruk Keprok Garut (Citrus reticulata L.)

    Get PDF
    Jeruk keprok garut (Citrus reticulata L.) merupakan jeruk yang memiliki warna kulit buah hijau kekuningan pada saat matang fisiologis. Teknologi degreening dengan menggunakan ethepon dapat meningkatkan kualitas warna jingga kulit jeruk tropika. Degreening merupakan proses perombakan pigmen klorofil sekaligus biosintesis karotenoid pada kulit jeruk dengan perlakuan tertentu. Pembentukan warna jingga kulit jeruk merupakan kombinasi antara β-citraurin dan β-cryptoxanthin. Selain teknologi degreening untuk membentuk warna jingga pada kulit jeruk, teknologi pascapanen untuk memperpanjang umur simpan jeruk yaitu pelilinan dengan lilin lebah. Penelitian ini bertujuan mengamati pengaruh konsentrasi larutan ethepon terhadap kecepatan degreening dan konsentrasi lilin lebah terhadap daya simpan jeruk keprok garut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2018 di Laboratorium Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB. Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial dua faktor. Faktor pertama adalah perlakuan ethepon (0 ppm dan 1 000 ppm), faktor kedua adalah perlakuan lilin lebah (0%, 6% dan 9%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ethepon 1 000 ppm memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dapat membentuk warna jingga kekuningan (nilai CCI sebesar 5.91) pada kulit jeruk keprok garut pada 28 HSP. Pelapisan lilin lebah 9% yang dikombinasikan dengan ethepon 0 ppm menghasilkan susut bobot terendah pada akhir penyimpanan

    Morphophysiological Changes of Mangosteen Seedling (Garcinia mangostana L.) on Polyethylene Glycol (PEG) Application

    Get PDF
    Tanaman manggis membutuhkan kondisi kering untuk menginduksi pembungaan, namun kekeringan yang berkepanjangan dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan manggis sehingga respon bibit manggis terhadap kekeringan perlu dipelajari. Penelitian dilakukan mulai Mei sampai Juli 2017 menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) satu faktor. Perlakuan terdiri atas 4 taraf konsentrasi polietilena glikol (PEG 6000), yaitu PEG 0%, PEG 10% (setara -0.19 MPa), PEG 15% (setara -0.41 MPa) dan PEG 20% (setara -0.67 MPa) m.v-1. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terjadi kekeringan pada daun manggis yang diberi PEG yang terjadi secara perlahan dimulai dari tepi daun yang menguning tetapi tetap hijau di bagian tengah. Konsumsi air terus berfluktuasi sampai akhir percobaan mencapai 33.33 ml pada tanaman dengan PEG 0% dan 10 ml pada tanaman dengan PEG 20%. Peningkatan konsentrasi prolin terjadi dari minggu pertama sampai dengan minggu ketiga setelah perlakuan pada semua tanaman yang diberi PEG, dengan konsentrasi prolin paling tinggi terdapat pada perlakuan PEG 15% dan PEG 20% masing-masing mencapai 22.14 dan 23.46 µmol.g-1. Penurunan bobot kering tanaman semakin tinggi seiring dengan tingginya cekaman yang dialami tanaman. Cekaman yang diakibatkan oleh PEG tidak berpengaruh terhadap kandungan N dan Mg, namun menurunkan kandungan P pada bibit manggis. Kata kunci: evapotranspirasi, kandungan hara, prolin, stres airMangosteen requires drought condition to induce flowering, however extending drought period might restrict the plant growth. Therefore, the response of mangosteen to drought stress needs to be studied. This research conducted on May to July 2017 using Randomized Block Design with one factor. The experiment comprised of 4 levels of polyethylene glycol (PEG 6000) treatment, i.e., PEG 0%, PEG 10% (-0.03 MPa), PEG 15% (-0.41 MPa) dan PEG 20% (-0.67 MPa) (m.v-1). The results showed that there is a dryness of the mangosteen leaves given PEG which occured slowly, starting from the edge of the leaves into the center of midrib. Water consumption was fluctuated until the end of experiment, which the highest was 33.33 ml per day in 0% PEG treated plant, then decreased until 10 ml per day in 20% PEG treated plant. Proline content increased from the first week to the third week after all PEG treatments. The highest proline content were found in 15% PEG (22.14 umol.g-1) and 20% PEG (23.46 umol.g-1) treated plants. Plant dry mass was low under water stress, and more severe stress resulted in more reduction of plant dry mass level. Water stress did not affect the N and Mg content significantly, but reduced P content in mangosteen seedling.  Keywords: evapotranspiration, nutrient content, proline, water stres

    Development of Few Significant SNP Markers from Transcriptomic Data for Selection of Sengon (Falcataria falcata (L.) Greuter & R. Rankin) Resistant to Boktor Stem Borer and Gall Rust Disease

    Get PDF
    Sengon (Falcataria falcata (L.) Greuter & R. Rankin) plantations in Indonesia are threatened by attacks from Boktor stem borers and gall rust disease. Controlling pests and diseases is difficult; therefore, planting resistant trees obtained from tree selection programs is necessary. Currently, genomic breeding often incorporates GWAS, which uses thousands of SNP markers to identify markers with significant associations with the traits studied. This study aimed to bypass such expensive studies by identifying and developing SNP markers from sequences of putative resistance genes to Boktor stem borer and gall rust disease, identified from sengon transcriptomic data analysis. A total of 496,194 putative SNP sites were identified from transcriptomic sequences using the SAMtools and BFCtools programs, of which 119 SNP sites were associated with resistance genes. Of the 101 non-synonymous SNPs selected, only 12 were located in the conserved domain of each gene and were used for primer design. Of the 13 primers designed, only 10 were successfully amplified. Validation of 10 developed SNP markers on 100 sengon accessions using the HRM method confirmed a significant association between SNP markers and resistance traits, with a -log 10 (P-value) between 10.49 and 16.63. A few SNPs markers developed from putative resistance gene sequences are associated with resistance traits in sengon. Therefore, the SNP markers could be applied in selection programs for sengon trees resistant to Boktor stem borers and gall rust disease

    KEGG results of Myristica fatua

    No full text
    KEGG results of Myristica fatua</p
    corecore